Parameter Pengelasan

Parameter PengelasanPada pengelasan, kestabilan dari busur api merupakan masalah yang paling banyak terjadi dalam proses pengelasan dengan SAW, sehingga kombinasi dari arus listrik yang dipergunakan dan tegangan harus benar-benar sesuai dengan spesifikasi kawat elektroda dan fluksi yang dipakai.

  • Pengaruh dari tegangan listrik, setiap peningkatan tegangan listrik yang dipergunakan pada proses pengelasan akan semakin memperbesar jarak antara tip elektroda dengan material yang akan dilas, sehingga busur api yang terbentuk akan menyebar dan mengurangi penetrasi pada material las.  Misalnya konsumsi fluksi yang dipergunakan akan meningkat sekitar 10 persen pada setiap kenaikan 1 volt
  • Pengaruh dari arus listrik, pada setiap kenaikan arus listrik yang digunakan pada saat pengelasan akan meningkatkan penetrasi serta memperbesar kuantiti lasnya. Misalnya penetrasi akan meningkat 2 mm per 100 A dan kuantiti las meningkat juga 1,5 Kg per jam per 100 A. Sedangkan pengaruhnya terhadap kawat elektroda dengan diameter yang dipergunakan pada saat proses pengelasan adalah diammeter (mm) x (100-200) (A).
  • Pengaruh kecepatan pengelasan, Jika kecepatan awal pengelasan dimulai pada kecepatan 40 cm per menit, setiap pertambahan kecepatan akan membuat bentuk jalur las yang kecil (Welding Bead), penetrasi, lebar serta kedalaman las pada benda kerja akan berkurang.  Tetapi jika kecepatan pengelasannya berkurang dibawah 40 cm per menit cairan las yang terjadi dibawah busur api las akan menyebar serta penetrasi yang dangkal, hal ini dikarenakan over heat.
  • Pengaruh polaritas arus listrik (AC atau DC), pengelasan dengan kawat elektroda tunggal pada umumnya menggunakan tipe arus DC, elektroda positif, jika menggunakan elektroda negatif penetrasi yang terbentuk akan rendah dan kuantiti las yang tinggi. Pengaruh dari arus AC pada bentuk butiran las dan kuantiti pengelasan antara elektroda positif dan negatif adalah sama yaitu cenderung porosity, oleh karena itu dalam proses pengelasan yang menggunakan arus AC harus memakai fluks yang khusus.
  • Heat input, atau energi per unit length pada proses las akan mempengaruhi microstruktur lasan dan HAZ terutama nilai hardness dan impact. Jika heat input terlalu tinggi akan menyebabkan hot cracking, dan jika terlalu rendah akan dapat menyebabkan cold cracking apalagi ditunjang dengan adanya hydrogen. Heat input yang ideal pada las dipengaruhi banyak faktor, diantaranya adalah jenis material, jenis kampuh las, ketebalan material, welding proses, dan sebagainya. Pada kasus tertentu untuk mempercepat proses pengelasan, dapat diberikan heat input yang tinggi. Terdapat beberapa hal yg harus diperhatikan berkaitan dengan heat input, diantaranya adalah menjaga preheat dan temperature cooling time.

 

Recent Posts